Dalam perspektif Islam, waktu itu teramat penting. Begitu pentingnya ia sampai Allah SWT menggunakan lafaz sumpah ketika menyinggung soal waktu (QS.103:1). Allah SWT seringkali bersumpah dengan bagian-bagian waktu, seperti waktu malam, waktu siang, shubuh, dhuha, ashar dan lainnya. Para mufassirin (ahli tafsir) berpendapat, bahwa jika Allah SWT. bersumpah dengan suatu hal, maka itu menandakan betapa pentingnya hal tersebut, pada saat itu Allah SWT sedang mengarahkan perhatian umat Islam terhadapnya, bahwa waktu sungguh teramat penting.
Waktu selalu ada dalam setiap siklus kehidupan. Waktu senantiasa mengiringi setiap denyut nadi dan desahan nafas kehidupan. Karena waktu adalah kehidupan. Islam punya perspektif tentang waktu, yaitu Time Is Life. Kehidupan adalah anugerah terindah dari Allah buat kita.
Syekh DR Yusuf al-Qaradhawi mengulas tentang tabiat waktu. Perama, Waktu cepat berlalu. Allah SWT berfirman, “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau di pagi hari”. (QS An-Naziat:46). Orang bijak berujar, “Al-Waktu yamurru marra as-sahabi”, waktu itu bergerak seperti awan yang berarak.
Kedua, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Orang bijak dulu pernah memberi nasehat, “Lan tarji’a al-ayyamu allati madlat”. Waktu yang telah berlalu, tidak akan pernah kembali lagi. Disampaikan oleh Imam Hasan al-Bashri, “Tidak ada satu haripun yang menampakkan fajarnya, kecuali ia akan menyeru, “Wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi saksi atas amalmu, maka carilah bekal dariku, karena jika aku telah berlalu, aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat”.
Ketiga adalah, waktu merupakan aset paling berharga. Waktu adalah kekayaan. Bukan sekedar materi. Imam Hasan al-Bashri berkata, saya melihat ada segolongan manusia yang memberikan perhatian kepada waktu lebih dari pada perhatian kalian terhadap dinar dan dirham.”.
Dunia Barat punya pandangan lain tentang waktu. Time is money. Waktu adalah uang. Sikap hidup orang Barat tentu saja akhirnya terlalu berorientasi pada materi. Dan itulah sudut pandang mereka terhadap waktu. Setiap periode dalam lembaran sejarah kehidupan orang-orang Barat adalah benda.
Dalam tradisi filsafat Yunani terjadi perdebatan apakah waktu itu ada atau hanya dikonstukrsi oleh pikiran saja. ST Agustinus, seorang filsuf Barat berkata, “Kalau ditanyakan kepada saya, baru saya sadar bahwa saya tidak mengerti apa itu waktu.”. Ia juga berkata, “Waktu tidak ada dalam realitas”. Aristotelis punya gagasan bahwa, waktu melingkar berdasarkan alam semesta yang kekal (tidak diciptakan). Pandangan ini tentu memunculkan kontroversi dalam kalangan agama-agama samawi. Singkatnya, dunia barat punya pandangan bermacam-macam soal waktu. Begitulah pandangan orang-orang dunia mengenai waktu. Mereka sering berkata, “Time is money”. Waktu adalah uang. Konsep hidup mereka adalah “Everything is money”.
Kalau waktu adalah uang, pertanyaannya adalah, “Apakah kita bisa menukar waktu dengan uang?, tentu saja tidak. Ada pribahasa mengatakan, “Lebih mudah mencari uang dengan waktu, tetapi tidak bisa dengan uang membeli waktu”. Pepatah Tionghoa kuno mengatakan, “Satu inci waktu sama dengan satu inci emas nilainya, tetapi satu inci emas tidak bisa menggantikan satu inci waktu.” Sekali lagi, kalau orang Barat berkata, “Time is money”, maka orang di Timur (Tionghoa) berkata, “Time is money, but money is not time”. Kalau waktu bukan uang, lalu bagaimana kita memandang waktu? Jawabannya kembali kepada Al-Qur’an. Di atas sudah dijabarkan, bagaimana Allah SWT menjabarkan dalam Al-Qur’an konsep tentang waktu. Demikian. Wallahu A’lam!
Muklis Syamsuddin
Parabek, Senin 04 Shafar 1437 H
Comments are closed.