Pesantren adalah lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai agama. menurut Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. (Khairul Anam. HS. Dosen Psikologi Sosial Pascasarjana UIN Alauddin Makassar).
Saat ini, aspek yang menjadi pertimbangan para orang tua dalam memasukkan putra-putri mereka ke sekolah adalah sejauh mana sekolah tersebut mampu menanamkan dan mentransformasi nilai-nilai agama kepada peserta didiknya. Untuk itu, pesantren menjadi pilihan utama. Orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren biasanya disertai dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang bagus, berakhlak mulia, memahami hukum-hukum Islam dan mampu berrkiprah, bersaing menjadi yang terhebat di pentas dunia.
Itu semua menjadi tantangan besar bagi peasntren. Maka pesantren harus mampu mengembangkan diri dalam banyak hal, baik sistem, manajemen, pola-pola pembelajaran, dan sarana prasarananya. Pesantren, kendati demikian, harus tetap menjaga khittah-nya, menjadi sentral pendidikan agama yang berfungsi sebagai pencetak generasi muslim terbaik (khairu ummah), yang menyiapkan kader ulama, ‘umara, aghniya’ dan intelektual. Generasi muslim yang mendalami ilmu-ilmu agama tafaqquh fiddin yang akan berkiprah menyiarkan ajaran-ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat (indzarul qaum).
Di pondok pesantren, ajaran-ajaran agama, nilai-nilai keteladanan, dan akhlak mulia adalah ruh. Setiap santri yang menimba ilmu di pesantren selain dibekali dengan pengetahun-pengetahuan agama mereka juga ditanamkan nilai-nilai spiritual dan kepribadian yang mulia.
Pelajaran-pelajaran yang diajarkan di pesantren diambil dari sumber dan leteratur-literatur asli khazanah intelektual muslim terdahulu as-salaful ummah. Seperti tafsir, hadits, fikih dan lainnya. Juga para ustadz yang menjadi fasilitator berfungsi sebagai agen of change buat peserta didik. Di pesantrenlah nilai-nilai penting dari sebuah pendidikan yang holistik itu berjalan secara efektif.
Nilai-nilai yang ditanamkannya pondok pesantren kepada santri adalah nilai-nilai luhur yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW. nilai-nilai itulah yang menjadi jiwa pesantren. Menurut KH. Imam Zarkasyi ada beberapa jiwa pesantren, yaitu ; pertama, jiwa keikhlasan. Sepi ing pamrih (hanya mengharapkan ridlo Allah). Semata-mata hanya untuk ibadah. Nilai inilah yang menjadi motor penggerak sendi-sendi kehidupan di pesantren. Seorang ustadz ikhlas mengajar dan santri ikhlas menuntut ilmu. Suasana hidup berjalan dengan penuh harmonis dan dinamis.
Kedua, jiwa kesederhanaan. Kehidupan di pesantren diliputi nuansa kesederhanaan. Semua civitas pesantren hidup bersahaja dan sederhana. Lewat nilai ini santri yang menimba ilmu di pesantren jika kembali ke masyarakat akan survive dalam segala kondisi hidup yang ia temukan.
Ketiga jiwa berdikari. Berdikari adalah kesanggupan menolong diri sendiri. Pesantren menanamkan santrinya bisa hidup mandiri dan tidak selalu menggantungkan diri kepada orang lain. Keempat, jiwa ukhuwah islamiyah. Kehidupan di pesantren meliputi suasana persaudaraan yang akrab. Semangat persatuan dan gotong royong yang tinggi. Semangat berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
Dan kelima adalah jiwa kebebasan. Bebas dalam berfikir, dan berbuat. Bebas dalam menentukan masa depan. Bebas dalam memilih jalan hidup di komunitas luas di masyarakat. Berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan.
Pondok pesantren Sumatera Thawalib Parabek memiliki core value atau nilai-nilai dasar yang menjadi spirit dalam bernafas dan bergerak, yaitu, taqwa, himmah, ahli ilmu wal ibadah, istiqamah, wara’, amanah, lien dan birr. Dapat disini dijabarkan beberapa diantaranya.
Pertama, Taqwa. Nilai taqwa ditanamkan kepada santri agar memiliki keseimbangan diri, seimbang antara jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual, atau antara kognitif, psikomotorik dan apektifnya. Segala aktivitas yang dilakukan santri semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Nilai ketaqwaan mengajarkan santri agar Senantiasa berusaha keras untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Kedua, himmah. Keinginan kuat. Santri ditanamkan mental berkeinginan keras untuk menggapai impiannya. Dengan mental ini santri akan belajar lebih tekun tanpa sepenuhnya bergantung pada pelajaran-pelajaran pokok di kelas. Di samping berprinsip bekerja ikhlas, santri juga bekerja keras dan cerdas.
Ketiga, ahlul ‘ilmi wal ‘ibadah. Semangat santri adalah semangat thalibul ‘ilmu. Setiap apa yang dipelajari, dibaca, dilihat dan didengar mesti menjadi ilmu sehingga santri punya wawasan yang luas dalam segala aspek terutama wawasan-wawasan keagamaan.
Di samping punya wawasan yang luar santri mampu menghidupkan tradisi-tradisi intelektual para ulama, seperti menulis karya ilmiah, berpidato, mudzakarah, membentuk debating club dan lain sebagainya. Santi juga ahli ibadah. Ibadah adalah ruh dalam setiap laku dan perbuatan.
Spirit yang sering ditanamkan para pengasuh pesantren kepada santri adalah syubbanul yaum wa rijalul ghad pemuda hari ini dan menjadi tokoh (orang besar) di masa depan. Prinsip ruhbanullail wa furasunnahar ahli ibadah di malam hari dan pejuang di siang hari, arti jika beribadah sangat khusuk dan saat belajar sangat tekun dan penuh konsentrasi.
Pesantren adalah oase intelektual dan spiritual buat generasi sepanjang masa. Dahulu, kini dan nanti. Pesantren konsisten menjaga dan merawat nilai-nilai tersebut. Pesantren akan tetap menjadi tumpuan harapan bagi umat (orang tua) dalam menyiapkan putra-putri generasi bangsa menjadi generasi khairu ummah. Generasi hebat yang dipersembahkan buat agama dan bangsa ini. InsyaAllah.
MUKLIS SYAMSUDDIN
Parabek, 10 Shafar 1437H/22 Nopember 2015
Comments are closed.