PUISI : MENUNGGUMU KEMBALI

Oleh : Fazira Okta Ningsih

  1. Menunggu Kembali
  2. Saat Kau Menutup Mata
  3. Aku Merindukanmu

MENUNGGUMU KEMBALI

Terpapah semilir angin bertuai senja
Jemari ini menorehkan sajak nan bermakna
Membisukan darah dalam aliran jiwa
Melihat besarnya pengorbananmu, wahai Ayah…

Pada deruan angin yang terdengar parau
Sepenggal katamu menghilangkan risau
Engkau tertatih meniti pelik hidup ini
Merajut asa, mengais sesuap nasi menepis letih

Ayah…
Sosok bayangmu tempat kami mengadu diri…
Kau.. bermusafir dari shubuh hingga petang hari
Tegap tubuhmu menahan tumpahan rintikan
Kekar tanganmu tak dapat diamuk ketandusan
Deraian lelah nafasmu kau sulam dengan senyuman

Ayah…
Sosok kolong langit membisikkan kata
Ufuk barat mulai mengejar senja..
Hembusan nafas kegelisahan mulai tersiarkan
Serpihan cemas ku susun pada telapak tangan
Mengadahkan tangan do’a terlafalkan
Agar engkau kembali hilangkan kegundahan…

 

SAAT KAU MENUTUP MATA

Suara adzan mulai sayup sendu bergema
Nafas yang mulai tercekat tak berdaya
Hati tersentak haru bertalu
Izinkan aku meraung meneriakkan pilu

Mengalirkan liuk genangan membentuk bendungan
Hari ini aku hanya dapat memutar kenangan
Perjuanganmu yang tak pernah koyak oleh masa
Tekadmu yang tak terjerat dusta nestapa
Berjalan diatas kerikil lara walaupun perih, kau tetap berdiri

Kini..
Ajal kepulangan yang telah dijanjikan Illahi
Laksana gemuruh menerjang tubuh ini
Ingin kusumbat denyar nadi yang tak karuan
Merambat lirih tangis ratap memecahkan keheningan
Lunglai tubuhmu tertutupi kain putih terbentang
Matamu yang damai tertutup rapat sempurna

Ayah…
Meski aku masih belum menyangkal guratan suratan Tuhan
Namun percayalah amanah yang telah kau rejamkan
Rangkaian petuahmu akan selalu tersekat menjadi azimat
Akan ku kayuh biduk kehidupan dengan do’a penuh hikmat
Selamat beristirahat, Ayah…

 

AKU MERINDUKANMU

Detik menari yang kian berdenting
Bagai mawar layu yang mulai mengering
Disudut ruang ku dendangkan rindu kehilangan
Manakala dirimu dulu adalah tempat sandaran
Kasih sayang pertanda penuh keikhlasan

Ayah…
Kepergianmu meredupkan cahayaku
Disini masih tersuguhkan cerita duka tentangmu
Tecabik oleh rasa rindu yang takkan terobati
Terbelenggu oleh kasih sayangmu yang tiada henti

Pedih perih rindu ini seolah tiada henti
Jariku adalah degup mewakilkan rasa pada bait puisi
Damailah engkau dalam pangkuan sang Pengasih
Aku sadar, ini adalah kepastian keniscayaan
Akan ku selipkan do’a untukmu disetiap hembusan

 

Nama: Fazira Okta Ningsih
Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek, Bukittinggi
Mahasantri semester III