Oleh : Selva Lara Puspita, S.Pd
Kisah ini didedikasikan untuk saya pribadi dan hati saya. Menceritakan kisah seorang anak yang nekat memilih berjauhan dengan orang tuanya dan belajar banyak.
5 April 2012, memasuki semester genap di salah satu sekolah mengah atas. Aku sangat semangat untuk melanjutkan pendidikan S1-ku setelah tamat sekolah menengah atas. Kemudian, aku pun bertekad untuk melanjutkan studiku untuk kuliah. Aku meminta restu orang tua dan saudara.
Sekedar informasi, tujuanku melenjutkan pendidikan bukan karena aku terlalu pintar. Hanya bermodal niat terlalu kepo ingin tahu rasanya mendapat gelar S1, aku pun melanjutkan langkahku. Aku juga ingin menguji kemampuan mandiriku hidup seorang diri di perantauan. Akhirnya, setelah kelulusan, aku pun pergi ke Bekasi sebelum melanjutkan kuliah. Aku bekerja di pagi hari dan kuliah di malam hari. Memasuki semester genap di tahun pertamaku, aku merasa tumbuh menjadi sosok semakin dewasa. Dalam keterbatasan keuangan, pola hidup sehat, dan pola belajar ini, aku belajar bagaimana membayar setiap hal yang telah aku lakukan.
Selama di perantauan aku juga merasa kecewa, sedih, marah dan perasaan lainya. Kecewa karena lingkungan baru yang sulit di taklukkan, sedih karena tak semua orang bisa memahami perasaan kita, marah-marah karena merasa di sepelekan dan lain-lain. Hingga aku berada di posisi orang yang mengenalku dengan baik pun juga ikut meremehkanku. Akhirnya akupun tersadar bahwa hidup ini adalah pilihan dan saat aku sudah menentukan pilihan, maka aku adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab untuk menuntaskan pilihanku hingga selesai. Menggantungkan hidup pada orang lain, bahkan teman terbaik tidak akan membuat kita kuat, karena mereka bisa saja pergi kapan saja meninggalkan kita.
Merantau tak hanya membuat kuat dan dewasa tetapi juga mengajarkan rindu. Perantauan mengajarkanku bagaimana indahnya rindu dan bagaimana menghargai setiap rindu. Kadang rinduku berteman air mata, rindu orang tua, rindu keluarga, rindu akan sahabat dan teman juga rindu pada kampung halaman. Semua rindu ini mengajarkanku betapa kehadiran mereka amatlah
nyata dan berkesan hingga segunung rindupun hadir. Sesuatu akan di hargai saat ia pergi atau jauh darimu adalah ungkapan yang sudah terbukti benar.
Aku juga merasakan bahwa jauh membuatku lebih ikhlas dalam berdoa. Jarak juga mengajarkanku untuk menuntaskan rinduku dalam doa. Jarak juga melembutkan hatiku dengan caranya sendiri. Rindu lahir karena cinta itulah esensi rindu yang sebenarnya. Rindu bisa membuat orang menangis dan tertawa di waktu yang bersamaan. Rindu juga menjadi obat segala luka karena rindu itu berbentuk ketulusan dari hati yang hampa. Aku selalu yakin bahwa doa sejauh apapun pasti akan sampai makanya. Setiap rindu menyapa hati, maka doa adalah pelipurnya.
Pilihan ini sudah aku ambil, aku lah yang harus menyelesaikannya. Pilihan ini sudah mengantongi restu ayah dan bunda maka aku yakin. Doa merekapun mengalir di setiap darahku. Ayah, Ibu, aku rindu. Kutitipkan sekeping rindu pada Rabbku dalam bingkai doa dan kuyakin, Rabb akan menyampaikannya padamu. Kupinta agar Dia mengjagamu dalam tidur lelapmu juga saat matahari menyapamu.
Aku disini baik-baik saja. Aku di sini meminta doamu saja. Aku di sini akan menjaga mimpi kita karena bersama semua doa dan perjuangan kalian, ada mimpi yang harus kubuat nyata.
Ayah, Ibu, bertahanlah sebentar lagi dengan jarak ini. Akan segera kuundang kalian menemuiku bertoga akan segera kujemput mimpi itu bersama karena tak ada yang sia-sia di mata Tuhan kita.