FABEL
Oleh : Muhammad Hidayat
Kelas 5 Agama 2
Suatu hari, di hutan belantara, hiduplah seekor ibu kucing dan anaknya. Si anak kesal terhadap ibunya dan ia memutuskan untuk melarikan diri dari rumahnya dan mencari ibu baru.
Saat pelariannya, kucing kecil itu melihat sinar matahari yang begitu terang. Ia langsung bertanya kepada matahari, “Wahai, Matahari yang perkasa maukah engkau menjadi ibuku?”
Matahari pun menjawab, “Aku tak seperkasa apa yang kau bayangkan. Masih ada yang bisa mengalahkanku.” Anak kucing itu pun bertanya kembali, ”Siapa itu wahai Matahari?” Matahari pun menjawab, ”Dia adalah awan. Karena dia selalu bisa menutupi cahayaku.”
Lantas, si kucingpun menemui awan. “Wahai Awan, maukah engkau menjadi ibuku?” Awan pun menjawab, “Aku tidak mau. Masih ada yang lebih tangguh dariku. Dia adalah angin. Karenanya, aku selalu bercerai berai dihembusnya.”
Kucing yang kebingungan itu lantas menemui angin dan bertanya, ”Wahai Angin maukah kau menjadi ibuku?”Angin pun menjawab, ”Aku tak bisa menjadi ibumu karena masih ada yang lebih kuat dariku. Dia adalah bukit, perjalananku selalu di hadang olehnya.”
Mendengar jawaban dari angin, si anak kucing pun langsung menemui bukit. ”Wahai Bukit, maukah kau menjadi ibuku?” Bukit pun menjawab, “Aku tidak bisa menjadi ibumu karena masih ada yang bisa mengalahkanku. Dia adalah kerbau. Dia selalu menginjak-injak kepalaku.”
Mendengarkan jawaban dari bukit, anak kucing yang semakin bingung itu langsung menemui kerbau lalu bertanya, ”Wahai Kerbau maukah kau menjadi ibuku?” Kerbau pun menjawab, ”Aku tidak bisa menjadi ibumu karena ada yang selalu menjahiliku. Dia adalah tikus. Tikus selalu mengacak-acak makananku yang ada di sawah.”
Mendengar penjelasan dari kerbau, anak kucing itu langsung menemui tikus seraya bertanya, “Wahai Tikus, maukah engkau menjadi ibuku?” Tikus pun menjawab, ”Aku tak bisa menjadi ibumu karena ada yang lebih kuat dariku. Dia adalah kucing, ibumu. Tak jarang bangsaku dimangsa olehnya. Kau harus menemuinya karena dia adalah ibumu yang sebenarnya. Karenanyalah engkau terlahir ke dunia ini.”
Pernyataan si tikus sontak membuat kucing malang itu menjadi kaku. Dia merasa bersalah karena telah durhaka kepada ibunya. Dengan penuh penyesalan ia langsuang menemui ibunya yang sedari tadi menunggu. Anak kucing itu langsung meminta maaf kepada ibunya dan ia berjanji tak akan mengulanginya lagi. Ibunya sangat bersyukur karena anaknya telah kembali.
Anak kucing pun menyadari bahwa ibunya adalah ibu terbaik. Dia harus bersyukur dan selalu menyayangi ibunya.