a�?O�U�U�O�UZU�U�O?U? U�U�U�U? O�U�U?UZO?U�UZO�O�U? O�U�O�UZU?U�UZO�O?U? O�U�U�U?O?U?USU�U�U? O?UZU�UZU� O�U�O?U�UZU?UZU�U�U?U�U? U?U?US O�U�O?U�U?USU�U�U? U�UZU�U� O�O�U�O?UZO�O�UZU�U? U�U?U�UZ O�U�O?U?O?UZO�O?U? U?U?O?UZO?U�U�UZO?U? O?UZU�U� U�UZO� U?O?U�UZU�UZ O?U?U�U�UZO� O�U�U�U�U? O?UZU�UZO�O?UZO�U� O?U?O?U�O�U?U�U?U�UZO� O?UZO�O�UZ O�U�O�U?U�U?U?U�O?U? U?O?UZO?U�U�UZO?U? O?UZU�U�UZ O?UZUSU�U?O?UZU�UZO� U�U?O�UZU�U�O?U�O� O?UZO?U�O?U?U�U? U?UZO�UZO?U?U?U�U�U?U�U? O�UZO�O�U?O?U? O�U�U�U�UZU�UZO�U�U? O�U�U�U�UZO�U�U�U?U?O?U? O�UZU�U�UZU� O�U�U�U�U? U?UZO?UZU�U�UZU�UZ O?UZU�UZUSU�U�U? U?UZO?UZU�UZU� O?UZU�U?U�U? U?UZO?UZO�U�O�UZO�O?U?U�U? O�U�U�O?UZU�U�O�UZO�O?U? O�UZU�UZO�O�U� U?UZO?UZU�UZO�U�U�O� O?UZU?U?U?U�O?U? O?U?U�U?U�UZO� USUZU?U�U�UZ O�U�U�U�UZO?UZO�O?U?a�? .
Segala pujian milik Allah, Maha pembuka (gudang rahmat bagi semua makhluk), Maha dermawan, lagi Maha penolong hambanya yang terpilih untuk mendalami ajaran-ajaran agama. Aku bersaksi tiada ilah (tuhan yang berhak diibadahi) selain Allah, dengan sebuah persaksian yang dapat mengantarkan kita ke syurga yang kekal, dan aku bersaksi pula bahwa sungguh Baginda Muhammad adalah pesuruh dan utusan Allah, Beliau pemilik derjat yang terpuji, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam atas beliau, kemudian keluarga dan sahabat-sahabatnya yang terpuji, shalawat dan salam yang aku harapkan (faidahnya) kelak pada hari kiamat.
Pendekatan teks dari ucapan syaikh al-Malibary :
O�U�O�U�O? U�U�U�
Merupakan jumlah ismiyyah terbentuk dari komponen mubtadaa�� dan khabar syabah jumlah (jar majrur), orang Ushuliy memahami bahwa alif dan lam yang menempel kepda kata Hamdu memberi pengertian umum, karena alif lam yang masuk itu adalah alif lam istighraq, sehingga diartikan Segala bentuk pujian. Al-a�?Allamah a�?Imrithy dalam syarah lathaif al-Isyarat menyebutkan bahwa alif lam seperti demikian bermakna umum sebagaimana dalam bait nazhm beliau :
O�U�O�U�O? U?O�U�U?O�O? O�U�U�O?O�U?O�U� O?O�U�U�O�U� U?O�U�U?O�U?O� U?O�U�O?U�O?O�U�
isim jenis jamaa�� dan kalimat mufrad yang dimasuki alif lam dimaksud adalah a�?amm
sebagai contoh lafal al-Kafiru dan al-Insanu
dari segi Qadhiyyah uangkapan pengarang diatas adalah Qadhiyyah hamliyyah muhmalah mujabah shadiqah, dapat dipastikan kebenarannya karena secara keyakinan muthlak bahwa memang hanya Allah yang berhak atas pujian ikhtiyari, maksudnya bersendirianlah Allah atas pujian yang tidak tergantung terhadap apapun, ketika seseorang menerima nia��mat atau tidak, Allah tetap terpuji.
Pengarang seakan mengajarkan pembaca untuk selalu memuji Allah karena itu salah satu upaya untuk membuktikan rasa syukur, dan perlu diketahui hampir sepakat para ulama berpendapat bahwa mengucapkan al-hamdu lillah ketika menerima nia��mat hukumnya wajib. Disamping itu banyak sekali anjuran dan perintah Rasulullah berkenaan dengan amalan membaca tahmid ini diantaranya :sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari jalur sahabat al-Aswad bi saria�� ,
O?UZU�U� O�U�U�O?UZO?U�U?UZO?U? O?U�U�U? O?UZO�U?USO?U?O? U�UZO�U�UZ: U�U?U�U�O?U?: USUZO� O�UZO?U?U?U�UZ O�U�U�U�UZU�U?O? O?UZU�UZO� O?U?U�U�O?U?O?U?U?UZ U�UZO�UZO�U�U?O?UZ O�UZU�U?O?U�O?U? O?U?U�UZO� O�UZO?U�U?US O?UZO?UZO�O�UZU?UZ U?UZO?UZO?UZO�U�UZU�OY
U�UZO�U�UZ: ” O?UZU�UZO� O?U?U�U�UZ O�UZO?U�UZU?UZ USU?O�U?O?U�U? O�U�U�O�UZU�U�O?UZ ”
dari Al-Aswad ibnu Sari’ yang menceritakan, “Aku pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, maukah engkau bila aku bacakan kepadamu pujian-pujian yang biasa kupanjatkan kepada Rabbku Yang Mahasuci dan Maha Tinggi.’ Nabi Saw. menjawab, ‘Ingatlah, sesungguhnya Tuhan-mu menyukai alhamdu (pujian)’.”
Hadits ini memang dipertengkarkan ulama lantaran dalam mata rantai sanadnya terdapat Auf bin Abi Jamilah yang dituduh qadariyyah dan syia��ah, namun bila melihat sisi lain terdapat setidaknya yang pensyarah temukan ada 3 syawahid yang menguatkan hadits ini dimata ulama sehingga riwayat Imam Ahmad ini naik ke tingkat hasan lighairihi, dapat dijadikan pegangan, yaitu riwayat Imam Hakim, Allamah Abu Nua��aim al-Ishfahaniy, dan riwayat dari Abu Saa��id An-Niqasy
Kata pujian kepada Allah al-Hamdu (O�U�O�U�O?) ini dapat dilihat dari 2 sisi, pertama pujian yang Qadim yaitu pujian Allah terhadap diriNya sendiri sebagaimana firman Allah O�U�O�U�O? U�U�U� O�U�O�US O�U�U� O�U�O?U�O�U?O�O? U?O�U�O?O�O� dan pujian Allah terhadap hambanya yang shaleh contohnya firman Allah (U�O?U� O�U�O?O?O? O�U�U� O?U?O�O?) , kedua pujian yang bersifat hadits seperti ucapan seoang hamba dengan ibarat O�U�O�U�O? U�U�U� ketika menerima kebahagiaan atau karena kehendak muthlaq, dan contoh lain pujian manusia kepada manusia lainnya.
Perlu diingat bahwa membaca O�U�O�U�O? U�U�U� hukumnya dapat berobah sesuai kondisi dan keadaan, pertama; Wajib seperti membacanya ketika shalat dan khuthbah juma��at, kedua sunat ketika awal membca doa��a atau setelah minum dan setelah membaca buku pelajaran, ketiga, makruh bila diucapkan tahmid tersebut di tempat-tempat kotor seperti rumah penyembelihan dan selokan yang jorok, keempat dapat menjadi haram bila dibaca tahmid tersebut setelah berbuat kemaksiatan, atau untuk memperolok olok lafaz tahmid tersebut.
O�U�U?O?O�O� O�U�O�U?O�O? Adalah menempati jabatan naa��at terhadap lafal Allah, lafaz al-Fattah adalah salah satu dari nama-nama Allah yang mulia, (asmaa Allah al-Husna) diantara maknanya yang luas adalah bahwa Allah lah semata yang membuka gudang rahmat dan pemberianNya kepada makhlukNya, satu pendapat lain mengatakan bahwa al-Fattah maknanya yang Maha memutuskan perkara diantara manusia karena terambil dari makna kata hakama. Abu Bakar Syatha menambahkan pendapat lainnya bahwa diantara makna al-Fattah adalah Allah membuka hati hambanya yang dikehendaki untuk menerima hidayah dan taufiq. Lafaz al-Jawwad atau dalam beberpa literatur seperti kitab at-Tuhfah dengan waw tanpa tasydid a�?al-jawada�? bermakna sangat banyak kebaikan dan kedermawanan Allah.
Dari teks ini diambil pelajaran bahwa sangat dianjurkan untuk memulai pekerjaan yang ada manfaatnya dengan berharap penuh kepada Allah dengan mensyukuri taufiq yang diberikan sehingga hati tergerak berbuat keaikan seperti yang dicontohkan pengarang dalam usahanya mensyarah Qurratu a�?Ain, pengharapan itu dilahirkan dengan memuji Allah dengan menyeru nama-namaNya yang baik dan mulia.
O�U�U�O?USU� O?U�U� O�U�O?U?U�U� U?US O�U�O?USU� U�U� O�O�O?O�O�U� U�U� O�U�O?O?O�O? syabah jumlah yang menjadi naa��at kembali kepada Allah, maksudnya Allah memberi tuntunan kepada hamba yang dikehendaki untuk menggerakkan semua daya upayanya dalam menempuh jalan pembelaan ilmu agama Islam, kata at-Tafaqquhu adalah kalimat sulasiy mazid satu huruf yakni bina tafaa��a��ul menghendaki makna takalluf yaitu pembebanan, tersirat bahwa Allah akan membantu hambanya yang ikhlash untuk menjadi mutafaqqih yang tidak hanya sekedar faqih namun ilmuwan berbudi tinggi yang memiliki integrasi.
Pemahaman mendalam yang dimaksud dengan tafaqquh ini adalah sebuah penalaran dan pemaknaan yang betul-betul rinci, detail dan akurat setelah menempuh pembuktian ilmiyah seacara berangsur angsur. Oleh karena itu tidak ada orang arab mengatakan U?U�U�O? O?U� O�U�O?U�O�O? U?U?U�U�O� artinya a�?saya paham bahwa langit ada di atasa�? pilihan katanya adalah saya tau, dan bukan saya paham.
Lafaz O�U�O?USU� maksudnya setiap syariat yang dibawa oleh baginda Rasulullah sebagai hukum, keyakinan dan adab kehidupan.
Teks di atas adalah khutbah pembuka kitab, sehingga pengarang merasa perlu mencantumkan ibarat Tasyahhud seolah-olah mengiyaskannya kepada khuthbah juma��at dimana dalam sebagian riwayat disebutkan apabila khuthbah tidak tertuang didalamnya ungkapan tasyahhud maka sama dengan tangan yang terpotong, maksudnya khuthbah kitab ini akan terasa memiliki berkah bila disertakan didalamnya tasyahhud.
Tasyahhud adalah ucapan yang tulus yang keluar dari jiwa dengan penuh kesadaran sebagai pengakuan dan penghambaan diri kepada zat yang berhak untuk di ibadahi, serta ketundukan terhadap apa saja yang dibawa oleh baginda Rasulullah.
Kemudian pengarang mengajarkan pembaca untuk bershalawat kepda baginda Rasulallah kerana begitu banyak faidah yang akan diperoleh dan begitu besar manfaat yang dijanjikan Beliau. Sebagaimana penggalan hadis sahih dari Imam Bukhariy No. 582
O?UZU�U� O?UZO?U�O?U? O�U�U�U�UZU�U? O?U�U�U? O?UZU�U�O�U?U? O?U�U�U? O�U�U�O?UZO�O�U?: ” O?UZU�U�UZU�U? O?UZU�U?O?UZ O�U�U�U�UZO?U?USU�UZ USUZU�U?U?U�U?: O?U?O�UZO� O?UZU�U?O?U�O?U?U�U? O�U�U�U�U?O�UZO�U�U?U�UZO? U?UZU�U?U?U�U?U?O� U�U?O�U�U�UZ U�UZO� USUZU�U?U?U�U?O?
O�U?U�U�UZ O�UZU�U�U?U?O� O?UZU�UZUSU�UZO? U?UZO?U?U�U�UZU�U? U�UZU�U� O�UZU�U�UZU� O?UZU�UZUSU�UZ O�UZU�UZO�O�U�O? O�UZU�U�UZU� O�U�U�U�UZU�U? O?UZU�UZUSU�U�U? O?U?U�UZO� O?UZO?U�O�U�O�
Dari Abdillah bin Amr bin al-a�?Ash sesungguhnya beliau pernah mendengar baginda Nabi bersabda : jika kalian mendengarkan seruan mua��azzin, maka jawablah seperti apa yang diserukannya, kemudian bersalawatlah atas aku , maka sesungguhnya siapa saja yang bersalawat atasku satu salawat, Allah akan memuliakannya dengan sepuluh kebaikan
Ditulis oleh : Ustad H. M. Zaki Munawwar, Lc
A�