WORKSHOP GRAMEDIA PUBLISHER, TINGKATKAN LITERASI MENULIS SANTRI

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ponpes Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi Agam pada Selasa, 7 Februari 2023 mengadakan workshop kajian literasi bersama Gramedia.  Workshop ini dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama dimulai jam 11.00 dengan tema “menulis itu mudah” dengan narasumber mas Wahyu Raharjo yang merupakan general manegar publising 2 Gramedia.

Bertempat di aula kampus 1 madrasah Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi Agam. Kajian literasi ini dihadiri santriwan/wati tingkat Aliyah Tsanawiyah perwakilan dari organisasi ponpes Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi Agam, dan perwakilan dari mahasantri Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek.

Dikesempatan kali ini peserta diperkenalkan cara-cara untuk menulis suatu karya dan bagaimana seseorang memulai menulis, bahkan dengan tulisan seseorang juga bisa menghasilkan uang.

Bagi pemula yang ingin menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan, maka perlu diketahui terlebih dulu aspek-aspek dalam membuat tulisan seperti:

1.            Kenapa seseorang itu menulis

2.            Bagaimana mendapatkan ide

3.            Bagaimana memulai menulis

Mas Wahyu mengatakan bahwa “disaat pertama kali saya bekerja di Garamedia, saya bukan lah seorang penulis, namun ada masanya dimana saya ingin mengupgrade kemampuan saya, disaat itu lah saya mulai berfikir, kenapa saya tidak membuat karya tulis sendiri” motivasi itulah yang membuat mas Wahyu mengerjakan buku pertamanya yang berjudul “Buat Apa Sukses Kalau Ga Happy” diterbitkan tahun 2014.

Beliau juga menjelaskan bahwa menulis juga dapat melepaskan beban pikiran, emosional, dan lain-lainnya. Setelah menulis sesuatu biasakan untuk melihatkan atau membagikan tulisan yang dibuat kepada orang terdekat, tujuannya agar mendapatkan masukan atau kritikan yang membangun supaya kedepannya tulisannya bertambah bagus.

Poin terakhir yang beliau sampaikan dalam kajian literasi ini adalah bagaimana suatu karya tulis dapat dipublis dan mendatangkan hasil. Beliau menjelaskan bahwa syarat dari sebuah karya itu akan dipublis ialah: tulisan yang dibuat tidak mengandung unsur SARA, pornografi, karya tulis merupakan hasil atau ide yang dibuat orisil (tidak ada unsur plagiasi), dan memiliki cerita yang menarik. Jika aspek ini terpenuhi maka nanti karya tulis yang santriwan/wati buat bisa dipublis dan kemudain mendapatkan royalti atau keuntungan dari penjualannya.

Di sesi akhir narasumber mempersilahkan peserta untuk bertanya mengenai penulisan dan hal terkait dengan kajian literasi kali ini. Ada 5 orang peserta yang bertanya yaitu: Najwa kelas X, Zaki kelas XI, Azizah kelas XI, Hadi kelas XI, dan ustadzah Sespirawati.

Salah satu penanya yaitu Najwa menanyakan tentang membuat atau membangun sebuah plot twist dalam sebuah cerita.

Menurut mas wahyu “buat konflik dalam sebuah tulisan, kemudian tentukan ending yang pas apakah nanti happy ending, sad ending, close ending, atau open ending. Hindari membuat kesimpulan dalam tulisan yang bersifat menggurui.”

Sesi kedua dari wokshop literasi menulis ini dimulai jam 14.00 WIB dengan tema santri nulis “ada profesi bernama menulis” yang narasumbernya adalah mas Boy Candra. Beliau adalah seorang penulis terkenal, menulis karya-karya best seller dan telah menulis lebih dari 20 buku. Karya beliau yang pertama ialah “Origami Hati” diterbitkan 9 tahun yang lalu dan di tahun 2022 beliau juga menerbitkan buku dengan judul “Tulus untuk Orang yang Salah.”

Pada sesi ini turut hadir juga bersama peserta workshop yaitu Pengasuh Pondok ustadz M. Zaki Munawar, Lc, Kepala Madrasah tingkat Tsanawiyah ustadz Ujang, S.Thi, MA, dan Waka Kurikulum tingkat Aliyah ustadz Irwan, Lc.

Dalam sambutanya pengasuh pondok sangat senang dengan kedatangan mas Boy Candra sebagai narasumber di sesi kedua workshop ini. Beliau juga mengatakan bahwa dalam kegiatan ini “santriwan/wati dan mahasantri harus mendengarkan motivasi dan arahan dari narasumber.

Beliau juga menambahkan bahwa literasi bukan sesuatu yang mengerikan.

Menurut mas Boy menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan kegelisahan dalam diri seseorang bisa berupa kegelisan di sekolah, asrama, tentang pelajaran, teman, namun dituangkan dalam bentuk tulisan. Dibutuhkan kegelisahan dalam diri, pengetahuan, paham teknik menulis, dan imajinasi dalam membuat sebuah tulisan. Untuk menulis sebuah cerita dibutuhkan ide berupa premis yang dapat melandasi seluruh alur cerita, membentuk kerangka cerita/outline sebagai peta atau arah jalan derita, riset, dan membuat deadline pembuatan cerita.

dengan karya tulis yang begitu banyak dan telah dibaca oleh banyak orang, tidak heran mas Boy Candra bisa menghasilkan uang dari profesi menulisnya ini.

Di akhir sesi mas Boy memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta, bagi peserta yang bisa menjawab akan diberikan doorprize. Ada 5 orang peserta yang berhasil menjawab yaitu: Gina kelas XI, Beauti kelas VIII, Zaki kelas IV, dan Syifa Hijria mahasantri Ma’had Aly.

Acara kajian literasi ditutup dengan penanda tanganan novel karangan mas Boy dan foto bersama.