Oleh : Navisa Dessafitri
- Peluh Teduh
- Menembus Nirwana
- Ujung Bumi
- Dalam Diam
PELUH TEDUH
Terjagalah mata dalam gulita
Pun juga kala terangnya
Entah mana rembulan oh manalah sang surya
Sekali pun tak pernah ia kira
Ayah, pernahkah kau lelah?
Membanting tulang terpatah-patah
Agar anakmu dapat sekolah
Ayah, pernahkah kau lelah?
Menantang terik bahkanlah hujan
Hanya agar anakmu bisa belajar
Ayah, sekali lagi kubertanya
Pernahkah kau lelah wahai Ayah?
Mengalirlah peluhmu
Melegam kulitmu
Semua untukku, untuk anakmu
Oh Ayah
Lelahmu sungguh dirindukan ayah
MENEMBUS NIRWANA
Dari roma hingga cakrawala
Sebutkanlah berapa jauhnya
Dari cakrawala hingga ujung semesta
Sebutkanlah, Nah, berapa jauhnya
Bahkan dari ujung semesta hingga nirwana
Sungguh tak kan terhitung rentangnya
Namun satu saja
Satu saja hal yang harus kau tahu
Cinta seorang ayah jauh lebih dari itu
UJUNG BUMI
Dimana hedak dicari si ujung bumi
Yang terbentak di antaranya jarak nan berjuta
Sampailah mana hendak diukur cinta seorang ayah
Yang termuat padanya sayang nan tak hingga
Melimpah ruah hingga ujung hidup
Tak juga habis ke liang kubur
Tetaplah sama bahkan sampai di surga
Meski tak pernah berkata
Ia selalu ada
DALAM DIAM
Tegakku sendiri
Menghadap nasib perbuatan diri
Menjangkau jutaan mimpi
Berpengharapan baik nan abadi
Tapi sekalipun tidak
Tegakku taklah benar sendiri
Sungguh bertopanglah aku pada dia
Dia yang kusebut ayah
Yang dalam diamnya berisik meminta
Meminta pada-Nya akan bahagia anaknya
Bahagia nan abadi selamanya.