PUISI : PELUH TEDUH

Oleh : Navisa Dessafitri

  1. Peluh Teduh
  2. Menembus Nirwana
  3. Ujung Bumi
  4. Dalam Diam

 

PELUH TEDUH

Terjagalah mata dalam gulita

Pun juga kala terangnya

Entah mana rembulan oh manalah sang surya

Sekali pun tak pernah ia kira

Ayah, pernahkah kau lelah?

Membanting tulang terpatah-patah

Agar anakmu dapat sekolah

Ayah, pernahkah kau lelah?

Menantang terik bahkanlah hujan

Hanya agar anakmu bisa belajar

Ayah, sekali lagi kubertanya

Pernahkah kau lelah wahai Ayah?

Mengalirlah peluhmu
Melegam kulitmu

Semua untukku, untuk anakmu

Oh Ayah

Lelahmu sungguh dirindukan ayah

 

MENEMBUS NIRWANA

 

Dari roma hingga cakrawala

Sebutkanlah berapa jauhnya

Dari cakrawala hingga ujung semesta

Sebutkanlah, Nah, berapa jauhnya

Bahkan dari ujung semesta hingga nirwana

Sungguh tak kan terhitung rentangnya

Namun satu saja

Satu saja hal yang harus kau tahu

Cinta seorang ayah jauh lebih dari itu

 

UJUNG BUMI

 

Dimana hedak dicari si ujung bumi

Yang terbentak di antaranya jarak nan berjuta

Sampailah mana hendak diukur cinta seorang ayah

Yang termuat padanya sayang nan tak hingga

Melimpah ruah hingga ujung hidup

Tak juga habis ke liang kubur

Tetaplah sama bahkan sampai di surga

Meski tak pernah berkata

Ia selalu ada

 

DALAM DIAM

 

Tegakku sendiri

Menghadap nasib perbuatan diri

Menjangkau jutaan mimpi

Berpengharapan baik nan abadi

Tapi sekalipun tidak

Tegakku taklah benar sendiri

Sungguh bertopanglah aku pada dia

Dia yang kusebut ayah

Yang dalam diamnya berisik meminta

Meminta pada-Nya akan bahagia anaknya

Bahagia nan abadi selamanya.