Pergantian Tahun adalah Introspeksi bukan Pesta

ilhamlcUst. H. Ilham, LC. M.A
Pimpinan Pondok Sumatera Thawalib Parabek
Disampaikan dalam sambutan ceramah 1 Muharram di Masjid Jamia�� Parabek, Sabtu 17 November 2012

Saat ini adalah momen pergantian tahun dalam Islam. Bagi santri Ponpes Sumatera Thawalib Parabek, pergantian tahun adalah momen untuk berintrospeksi, bukan perpesta poya.

Masyarakat merayakan tahun baru Masehi dengan berkumpul, kongkow-kongkow di pusat kota. Mereka meniup terompet, mengadakan pertunjukan-pertunjukan, dan cenderung bersifat maa��siat. Mereka berkumpul muda-mudi tanpa batasan. Melakukan apa yang menurut mereka menyenangkan tapi tidak memperhatikan aturan agama.

Sudah umum, setiap tanggal 31 Desember, jalanan kota Bukittinggi sudah penuh sesak semenjak sore. Masyarakat berdatangan bukan hanya dari dalam Bukittinggi-Agam, akan tetapi juga dari luar Sumatera Barat. Lalu lintas kota lumpuh. Mereka pun rela berjalan sekian kilo meter hanya demi melihat letusan kembang api dan berkumpul sesame muda-mudi.

Bagaimana dengan santri? Tahun baru ala santri berbeda. Santri tidak boleh melibatkan diri dalam perayaan tahun baru seperti kaum muda yang tidak mengenal agama. Bagi santri, tahun baru adalah momen untuk berintrospeksi. Banyak hal dalam hidup yang harus direnungi secara mendalam, untuk memberikan peningkatan di tahun yang akan datang.

Santri harus mengintrospeksi bagaimana belajarnya selama setahun yang lalu, supaya bisa membentuk pola belajar yang lebih baik di tahun mendatang. Santri harus merenungi bagaimana ia berbakti kepada orang tua selama ini supaya mereka bisa memperlakukan orang tua lebih istimewa dalam masa depan. Santri harus mengintrospeksi bagaimana mereka memuliakan agama selama ini supaya bisa membangun Agama Islam lebih jaya ke depan.[]

Comments are closed.