Oleh Febrian Hidayat
Kelas 5 Agama 2
Ketika itu, di pagi hari yang cerah, Doni berangkat kerja bersama istrinya. Terdengar dari jauh perkataan emaknya, “Mak kepengen umrah, Nak!” Doni pun menjawab tergesa-gesa, “Iya, Mak, besok. Nunggu uang cair ini.”
Waktu sudah larut malam saat Doni baru sampai dirumah. “Mak kok ngak masak?” Doni membentak marah. “Kamu aja gak kasih uang belanja untuk Mamak,” jawab Mak Doni sambil terus beribadah di kamar.
Satu minggu kemudian, Doni lagi-lagi mendengar omongan yang sama dari Emaknya. “Mak kepengen umrah, Nak!” ujar Mak dengan nada pelan.
“Iya minggu depan gajian juga. Sabar kenapa, Mak?” Doni menjawab dengan kesal.
Saat Doni gajian, Mak jatuh sakit. Perempuan tua itu dibawa ke rumah sakit dekat rumah. Banyaknya biaya rumah sakit untuk mengobati Mak membuat Doni marah. Semua uangnya habis. Meski demikian, hanya satu kata yang keluar dari mulut Mak dengan wajah yang telah dibasahi oleh air mata. “Mak kepengen umrah, Nak,” terucap oleh Mak tanpa bosan setiap hari di hadapan Doni. Mungkin karena hanya itulah harapan terakhir dari Mak, meminta pergi umrah.
Bahkan setelah Mak keluar dari rumah sakit, Doni merasa muak dengan ucapan Mak yang selalu minta umrah. Di dalam hati, rasanya ingin pergi jauh dari Mak karena sudah bosan mendengar ucapan itu.
Keesokan harinya, Doni berangkat ke kantor di pagi hari dan sampai malamnya belum ada tanda tanda Doni mau pulang ke rumah. Sebelum tidur Mak seperti biasa beribadah dan berzikir. Jam sudah menunjukkan larut malam tapi Doni tak kunjung datang ke rumah. Hati Mak bertambah risau. Sudah berhari-hari kok belum pulang ke rumah si Doni.
Mak berdoa semoga Doni baik baik saja dalam melaksanakan tugasnya. Hati mak selalu berzikir, dia ingin sekali melaksanakan ibadah umrah. Itu adalah impian Mak sejak kecil. Hari demi hari sembari menunggu kedatangan Doni, Mak tetap istiqomah dalam ibadahnya.
Sudah satu minggu penyakit batuk Mak kambuh lagi. Sekarang penyakit itu tambah parah. Mak perlu dirawat. Sayangnya, Mak tidak punya biaya untuk berobat. Ketika selesai Shalat subuh Mak membaca Al-Qur’an dan berzikir menjelang pagi hari. Penyakit batuk Mak itu akhirnya tidak bisa dilawan. Mak sempat mengucapkan nama Doni dan lafadz Allah. Kemudian Mak tertidur dengan tenang.
Pikiran Doni saat ini tidak tenang. Jauh dari Mak. Kabur dari rumah. Ingin pulang, tapi bosan melihat tingkah laku Mak. Doni akhir-akhir ini lebih sering mabuk dan hampir dipecat dari pekerjaan. Hal ini membuat Doni stres.
Doni memilih pulang sementara untuk mengambil uang yang ada. Ketika diperjalanan pikiran Doni selalu dihantui oleh Maknya. Ada perasaan yang tidak enak di dadanya. Tidak henti-hentinya Doni memikirkan Mak.
Sesampai di rumah, Doni langsung terkejut melihat adanya kain kuning terikat di depan rumah. Kain kuning adalah tanda adanya seseorang yang telah wafat. Doni tak percaya. Kenapa ada kain kuning di depan rumahnya? Dia langsung mencari Mak kemana-mana. Namun, yang Doni temui hanyalah pusara tempat Maknya kini tertidur tenang selamanya.
Doni menangis tak henti-hentinya menyesali semua yang ia perbuat. Permintaan terakhir dari Mak itu hanya satu, hanya minta umrah. Tapi, Doni tak mau mengabulkan permintaan Mak. Kini Doni hanya bisa nerima nasib datang padanya. Kantor Doni memecat Doni karena terlalu banyak utang. Akhirnya, hiduplah Doni bersama istrinya dengan serba kekurangan