ALUMNI PONDOK PESANTREN SUMATERA THAWALIB BUKITTINGGI AGAM BERJAYA DI LOMBA ESSAY BAHASA ARAB TINGKAT ASIA TENGGARA

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Yogyakarta, 17 September 2024 –Fathir Khalid, seorang alumni Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi Agam, baru-baru ini meraih penghargaan dalam lomba essay bahasa Arab tingkat Asia Tenggara yang diadakan di Yogyakarta. Fathir, yang saat ini merupakan mahasiswa double degree di UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Universitas Islam Nusantara, berhasil menempati posisi juara kedua dalam kompetisi bergengsi ini.

Dalam wawancara eksklusif melalui pesan WhatsApp, Fathir menceritakan latar belakang pendidikan dan minatnya yang mendalam terhadap bahasa Arab. Sejak menempuh pendidikan menengah aliyah di Pondok Pesantren Sumatera Thawalib, Fathir telah menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa dan sastra Arab. Ia mengungkapkan, “Semenjak aliyah, saya sudah sangat menggemari bahasa Arab dan sastra. Kegagalan yang saya alami dalam berbagai lomba menjadi batu loncatan untuk terus berusaha dan memperbaiki diri.”

Motivasi utama Fathir untuk mengikuti lomba essay ini adalah keinginan untuk membuktikan kemampuannya di kancah Asia Tenggara. “Saat mendapat kesempatan sebagai perwakilan dari UIN Bandung, saya sangat semangat untuk latihan meskipun menghadapi berbagai hambatan. Dukungan dari teman-teman sangat berperan dalam menjaga semangat saya,” kata Fathir .

Proses persiapan Fathir melibatkan latihan intensif dan konsultasi dengan dosen serta pemenang lomba essay sebelumnya. “Relasi dan sikap tidak malu bertanya adalah strategi penting yang saya gunakan untuk meraih kemenangan ini,” ujarnya. Tema essay yang diangkat adalah

 “الكتب الالكترونية و الكتب الصوتية: التحول من الورق إلى الشاشة في ظل التقدم التكنولوجي” (e-book dan audiobook: Pergantian dari kertas ke layar di era kemajuan teknologi), yang dikembangkan melalui penelitian terhadap mahasiswa di UIN Bandung.

Selama lomba, Fathir mengalami momen-momen berkesan, termasuk berbincang dengan peserta dari berbagai kota dan negara. “Itu adalah pengalaman langka yang sangat berharga,” ungkapnya. Ketika diumumkan sebagai juara kedua, Fathir merasa sangat senang dan bersyukur. “Kemenangan ini merupakan wujud dari perjuangan dan doa. Saya percaya, kesungguhan tanpa doa adalah sombong, dan doa tanpa usaha adalah bohong,” tegasnya.

Fathir berharap kemenangan ini akan berdampak positif pada karier dan studinya di masa depan. “Saya berencana untuk terus meningkatkan kemampuan saya dan tidak cepat puas dengan pencapaian ini,” katanya.

Dalam pesan terakhirnya, Fathir menyampaikan pesan kepada peserta lomba dan pelajar lain yang tertarik dengan bahasa Arab. “Jangan pernah menyerah, terus berlatih, dan gunakan setiap pengalaman sebagai bahan evaluasi. Seperti pepatah yang menginspirasi saya, ‘malas tertindas, lambat tertinggal, berhenti mati,’” pungkasnya.

Prestasi Fathir Khalid menjadi kebanggaan bagi Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek dan menginspirasi banyak orang untuk terus berusaha dan meraih kesuksesan dalam bidang yang mereka cintai.