DAURAH AL-QUR’AN : “SEJARAH PERIWAYATAN AL-QUR’AN DAN KUPAS TUNTAS RIWAYAT HAFSH”

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jambu Air – UKM LPM – Para santri Madrasah Aliyah, Pendidikan Diniyah Formal (PDF), serta mahasantri semester satu Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek menghadiri Daurah Al-Qur’an bertema “Sejarah Periwayatan Al-Qur’an dan Kupas Tuntas Riwayat Hafsh” pada Sabtu (16/11/2024). Kegiatan ini berlangsung di Aula Ma’had Aly dengan menghadirkan pemateri utama, Syekh Muhammad Al Farabi, Lc., M.Ag., seorang pakar qiraat yang memiliki sanad 14 qiraat Al-Qur’an dan silsilah keilmuan hingga 28 generasi ke Rasulullah SAW.
Acara diawali dengan sambutan dari Ustadz Taufik Hidayat, S.Th.I., M.Pd., Mudir Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek, yang menyampaikan apresiasinya atas kehadiran pemateri dan tim. “Kami berterima kasih atas kesediaan Syekh Muhammad Al Farabi untuk berbagi ilmu. Semoga kegiatan ini menjadi manfaat besar bagi para peserta,” ujarnya.
Dalam penyampaian materinya, Syekh Muhammad Al Farabi mengulas sejarah ilmu qiraat yang bermula sejak masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Beliau menjelaskan elemen-elemen penting dalam Al-Qur’an seperti harf, rasam, syakl, dan harfus shagir. “Awalnya, Al-Qur’an ditulis tanpa harakat atau titik. Penambahan ini dilakukan untuk mempermudah pembacaan bagi orang non-Arab,” ungkapnya.
Selain itu, Syekh Muhammad Al Farabi juga menyinggung hubungan erat antara ilmu qiraat dan fiqh. Ia menjelaskan bagaimana negara-negara Magharibah (Libya hingga kawasan Barat Afrika) mengembangkan tradisi menulis Al-Qur’an untuk memperkuat hafalan, sebagaimana filosofi Ibnu Khaldun: “Apa yang sulit ditulis, akan lebih sulit dilupakan.”
Pemateri yang telah menyelesaikan pendidikan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengingatkan tantangan era modern. “Sekarang, mushaf tersedia dengan tajwid berwarna, namun banyak yang enggan membaca Al-Qur’an. Padahal, kemudahan ini seharusnya menjadi peluang besar,” katanya.
Sebagai penutup, Syekh Muhammad Al Farabi mengajak peserta untuk merenungkan kontribusi ulama besar Minangkabau, Buya Hamka, dalam ilmu Al-Qur’an. “Masih banggakah kita dengan Buya Hamka? Beliau adalah sosok yang telah menginspirasi dunia Islam dengan karya-karyanya. Kini, tugas kita untuk melanjutkan perjuangannya,” tutupnya dengan penuh semangat.
Daurah ini memberikan wawasan mendalam kepada para santri dan mahasantri tentang pentingnya menjaga keilmuan Al-Qur’an di tengah kemajuan zaman. Para peserta pun diharapkan dapat menjadi generasi penerus yang berkontribusi dalam dakwah Islam dan pelestarian tradisi keilmuan Islam.