Syekh Ibrahim Musa Parabek membuka pengajian Halaqah sekembali dari menuntut ilmu di Makkah selama 9 tahun
Pengajian halaqah diberi nama Muzakatul Ikhwan setelah kembalinya Syekh Ibrahim Musa kali yang kedua dari Makkah selama 2 tahun
Muzakaratul Ikhwan (Jamiatul Ikhwan ) diubah menjadi Sumatera Thawalib.
Belajar secara klasikal.
Pengaruh Politik Islam Nasional memasuki Sumatera Thawalib yang disalurkan lewat Permi ( Persatuan Muslim Indonesia )
Sumatera Thawalib menjadi wadah politik PERMI
Syekh Ibrahim Musa bersama menantu beliau H.Butanil Abdul Ghani yang baru pulang belajar dari Khairo Mesir membuka Thakausus yaitu lanjutan selama 3 tahun setelah tamat 7 tahun.
Kelancaran proses pendidikan di Sumatera Thawalib agak terganggu akibat, antara lain, masuknya tentara DAI Nipon dan pengerahan kedaulatan RI sampai agresi Belanda.
Kepengurusan Sumatera Thawalib dipercayakan kepada Abdul Muis St Batungkek Ameh (menantu Syekh Ibrahim Musa) sedangkan Syekh Ibrahim Musa lebih banyak mengajar di kelas tertinggi (kelas IV dan VII )
Pelajaran ditambah dengan vak-vak umum dan kelas di bagi atas: 4 tahun (sampai kelas IV) dengan nama Sumatera Thawalib, dan 3 tahun (dari Kelas V – VII) dengan nama Kuliyatuddiyanah
Syekh Ibrahim Musa wafat. Pengelolaan Sumatera Thawalib Parabek dilanjutkan dengan mendirikan Yayasan Syekh Ibrahim Musa (YASIM) yang diketahui oleh H. Abdul Munir Dt.Palindih .
Kepengurusan Madrasah Sumatera Thawalib Parabek mengalami perubahan. Abdul Muis St Batungkek Ameh menjadi Koordinator Sekolah, H. Abdur Rahman menjadi Kepala Madrasah tingkat Tsanawiyah (4 Tahun) dan Mukhtar Said menjadi Kepala Madrasah Kulliyatuddiyanah (3 tahun)
Madrasah Sumatera Thawalib mengalami perubahan lagi. Abdul Munir Jalal menjadi Kepala. Sekolah dan Abdul Gafar sebagai wakil sistem pembagian tingkat sekolah tetap seperti sebelumnya.
Berdasarkan hasil musyawarah Yasim dengan alumni MST, Rektor IAIN, Kakanwil Depag dan Para ulama pada tanggal 1 Juli 1979, mulai tahun ajaran 1979/1980, Madrasah Sumatera Thawalib Parabek menjadi 6 tahun: 3 tahun tingkat Tsanawiyah dan 3 tahun tingkat Aliyah
Pimpinan MST dipercayakan kepada H. Hasan Mahdi M.A (Lulusan Universitas Al-Azhar di Kairo). Sistem pendidikan disesuaikan dengan kurikulum Depag, dengan tidak mengurangi pelajaran identitas MST. Tingkat Tsanawiyah 3 tahun dengan kepala Abdul Munir Jalal dan tingkat aliyah 3 tahun dengan kepala Abdul Gafar.
Ketua Yasim dipercayakan pada H.A. Kamal S.H. Sistem pendidikan dan pembagian tingkat tetap seperti sebelumnya, tapi pimpinan Madrasah disatukan, dipercayakan kepada H.Mukhtar Said dan dibantu oleh Pembantu Utama yaitu Abdul Munir Jalal sebagai ketua Bidang Pendidikan dan Abdul Gafar sebagai Ketua Bidang Sarana dan Prasarana.
Pimpinan MST dirangkap oleh ketua Yasim H.A Kamal S.H dan wakil kepala MST ke dua tingkat (tsanawiyah dan aliyah ) dipercayakan kepada Drs. Zakiruddin yang juga merangkap sebagai Kepala Tata Usaha dan Kabid Pendidikan dan Pengajaran .
Ketua Yayasan dipercayakan kepada H. Akhyarli Jalil SH. Status Madrasah meningkat menjadi “Disamakan”. Maka Departemen Agama mengangkat dan melantik Kepala Madrasah Tsanawiyah Sumatera Thawalib Parabek, yaitu Dra. Hj. Farida ,R. Dan Kepala Aliyah Sumatera Thawalib Parabek Yaitu Drs. Mukhlis. Pelantikan keduanya tanggal 3 September 1998 , serentak dengan pelantikan Pengurus Yasim .
Kepala Aliyah di ganti dengan Deswandi, BA karena Drs. Mukhlis diangkat jadi Pengawas oleh Depag, dan kepala Tsanawiyah tetap sampai sekarang.